Monday, January 19, 2009

Tepuk Tangan

baru tau nih yang kaya gini, dan saya bagiin ke kalian :D,


Dear Friend,

Saya melihat ketika rekan2 melakukan briefing pagi & biasanya diakhiri dgn yel2 MENGGAPAI MATAHARI yang diawali oleh TEPUKAN PELAN HINGGA CEPAT…

Ada beberapa rekan yg kelihatan ogah-ogahan ketika melakukan tepukan…??? Mungkin pada saat tsb, beliau2 sedang tidak bersemangat… eits, jangan salah… Justru dengan bertepuk tangan dengan cepat, semangat dapat terpompa kembali…

Kenapa…???

Pada saat bertepuk tangan dengan kencang, otomatis jantung terpompa dengan kencang yang dengan segera mengalirkan darah yang berisi oksigen & zat makanan ke seluruh tubuh termasuk otak.. paru-paru juga bekerja dengan lebih baik… dan satu lagi yang tidak kalah pentingnya… di telapak tangan juga ada titik--titik syaraf seperti halnya telapak kaki…

JUST SHARING….!!!!!
Wednesday, January 14, 2009

HARGA SEBUAH HARAPAN

Sebuah artikel yang menguatkan, kadang kita seringkali melihat masalah kita yang terlalu besar, tetapi ketika kita tidak fokus dengan masalah kita, seringkali kita menemukan masalah kita tidaklah terlalu besar, marilah kita simak pengalaman hidup dari Danielle berikut :

Danielle duduk sambil mendesah, perasaannya galau dan sangat letih. Pengalaman hari itu membuatnya frustrasi. Hanya dengan empat puluh dollar di dalam dompet, dia dengan putus asa berusaha mencari bank yang mau memberikan uang terhadap pembayaran berbentuk cek yang ada di tangannya.

Dia tinggal di kota kecil, dan tidak terdaftar di salah satu bank di sana – dan bank tampaknya tidak memiliki niatan untuk membantu. Selama dua minggu dia berusaha dan berusaha – tapi tampaknya tidak berguna. Dengan uang tunai yang berkurang dengan cepat, dia tidak memiliki lagi sumber keuangan yang lain. Bagaimana dia bisa terus menopang hidupnya sendiri beserta kedua anaknya? Dia hanya berpikir berapa lama lagi dia dan kedua anaknya dapat bertahan dengan uang yang tersisa.

Untuk melepaskan diri dari segala beban yang sedang ditanggungnya, Danielle memutuskan untuk mengikuti pertemuan di Pusat Dukungan Wanita yang ada di kota kecil itu. Para wanita yang ada di pertemuan itu telah banyak memberi semangat hidup padanya saat dia lari dari rumah untuk menyelamatkan diri. Pikirannya mengembara kemana-mana saat dia duduk di ruang pertemuan. Dengan keputusasaan yang dalam, dia ingin agar dapat memperoleh harapan dan semangat yang baru sehingga bisa menjalani hidup sebagai orang tua tunggal.

”Selamat siang semuanya,” terdengar suara yang membuyarkan lamunan Danielle. Itu adalah pemimpin kelompok wanita itu. “Apakah ada yang mau mulai?”

Duduk di samping Danielle, Amy membersihkan tenggorokannya. “Saya,” katanya. Amy mulai menceritakan secara terperinci keadaan hidupnya yang sangat menyedihkan. Dia mulai dari masalah pribadi yang berat dengan suaminya dan baru beberapa hari kehilangan rumah dan mobilnya. Telepon dan aliran listrik terancam akan diputus. Suaminya telah menghabiskan seluruh uangnya untuk judi. Dia juga tengah berjuang untuk melepaskan diri dari kecanduan obat-obatan. Hubungan dengan suaminya memburuk sampai pada tahap mengancam keselamatan dirinya. Uang terakhir yang ada sudah dibelanjakan membeli makanan untuk anaknya dan pempers untuk bayinya. Tidak ada lagi yang tersisa. Sama sekali tidak ada.

Saat Amy meneruskan penjelasannya, Danielle mendengar bisikan Tuhan di dalam hatinya. “Setelah pertemuan selesai, berikan dua puluh dollar pada Amy.” Tapi Danielle langsung berpikir, “Tapi saya tidak bisa. Saya hanya punya empat puluh dollar satu-satunya.” Kembali dia mendengar perintah itu, bahkan lebih jelas.

Danielle tahu bahwa dia harus taat. Saat selesai pertemuan, dia mengambil dompet dan perlahan menarik uang dua puluh dollar untuk Amy. Karena mengetahui keadaan Danielle, awalnya Amy enggan untuk menerima pemberian itu. Tetapi saat para wanita lain berdatangan memberi Amy pelukan dan dukungan, Danielle berkata padanya bahwa Tuhan menginginkan hal itu dilakukanya. Kemudian Danielle keluar.

Saat Danielle membuka pintu mobil, dia mendengar namanya dipanggil. Dia menoleh saat Amy melangkah ke arahnya, Air mata mengalir di pipi saat Amy berkata, “Bagaimana kamu bisa tahu?” tanyanya. Air mata itu semakin deras saat Amy mengambil dompetnya. Dari dalam dia menggeluarkan selembar kertas kuning botol obat. “Saya mengambilnya kemarin.” Dia menunjukkan kalimat di barisan bawahnya. “Saya penderita diabetes yang bergantung dengan obat. Saya perlu obat ini setiap hari sepanjang hidup. Sampai tadi pagi saya tidak tahu bagaimana saya bisa membeli obat ini lagi untuk menyambung hidup.” Air matanya kembali mengalir saat dia menunjukkan bahwa obat itu harganya tepat dua puluh dollar!.

Itu adalah saat dimana Danielle merasa diperbaharui semangatnya dengan harapan dan kedamaian. Dia berkata pada Amy, bahwa dia tidak tahu kalau Amy memerlukan obat diabetes itu; tetapi Tuhan tahu. Saat dia melihat bahwa masalah Amy jauh lebih besar daripada yang dihadapinya, Tuhan memperlihatkan bahwa Ia mampu menolongnya menuntun setiap langkah dan memenuhi setiap kebutuhan hidupnya sehingga bisa melewatinya, satu langkah setiap saat. Kata-kata penghiburan dan penguatan yang diucapkan Danielle kepada Amy sebetulnya adalah kata-kata untuknya sendiri.

Sekarang, hanya dengan dua puluh dollar di dalam dompet, dia mencoba sekali lagi untuk menukarkan ceknya dengan uang tunai di beberapa bank dalam perjalan pulang. Saat dia mengantisipasai terhadap kemungkinan penolakan yang telah dihadapi diibeberapa bank sebelumnya, hatinya sekarang sudah penuh dengan rasa percaya diri dan semangat yang baru. Dengan harapan di tangan, dia masuk ke bank yang ada di dekat kantor Pusat Dukungan Wanita. Tak berapa lama, bank itu memberikan sejumlah uang membayarkan cek yang dia sodorkan tanpa banyak bertanya!

Dengan wajah berseri-seri Danielle pulang. Saat tahu bahwa hari-hari yang penuh kepastian akan perubahan pasti tiba, dia menemukan harapan baru yang menyala-nyala. Dia tidak pernah bertemu Amy lagi, tetapi dia percaya bahwa Tuhan pasti menjaga kehidupannya Amy beserta kedua anaknya – seperti halnya dia juga merasa yakin bahwa Tuhan menjaga hidupnya dan kedua anaknya sendiri.

Tiga tahun berlalu, saat Danielle menyadari bahwa harapan yang sebenarnya tidak ditentukan oleh banyaknya uang. Dia terus berterima kasih karena Tuhan mencukupi seluruh kebutuhan hidupnya, sehari demi sehari - lebih dari dua puluh dollar yang pernah tersisa di dalam dompetnya. (dikutip dari Susan Hamilton)
Tuesday, January 13, 2009

Belajar Berkata Cukup

SELAMAT TAHUN BARU TEMAN2, di awal yang baru marilah kita belajar untuk bersyukur untuk apa yang telah kita peroleh, dan belajar untuk berkata cukup seperti renungan di bawah ini, seperti Firman TUHAN dalam 1 Timotius 6:6 berkata, "cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu".

Alkisah, seorang petani menemukan sebuah Mata air ajaib. Mata air itu bisa mengeluarkan kepingan uang emas yang tak terhingga banyaknya. Mata air itu bisa membuat is petani menjadi kaya raya seberapapun yang diinginkannya, sebab kucuran uang emas itu baru akan berhenti bila is petani mengucapkan kata "cukup".


Seketika is petani terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di depan hidungnya. Diambilnya beberapa ember untuk menampung uang kaget itu. Setelah semuanya penuh, dibawanya ke gubug mungilnya untuk disimpan disana.

Kucuran uang terus mengalir sementara is petani mengisi Semua karungnya, seluruh tempayannya, bahkan mengisi penuh Rumahnya. Masih kurang! Dia menggali sebuah lubang besar untuk menimbun emasnya. Belum cukup, dia membiarkan Mata air itu terus mengalir hingga akhirnya petani itu mati tertimbun bersama ketamakannya karena dia tak pernah bisa berkata cukup.

Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia barangkali adalah kata "cukup". Kapankah Kita bisa berkata cukup?
Hampir semua pegawai merasa gajinya belum bisa dikatakan sepadan dengan kerja kerasnya.
Pengusaha hampir selalu merasa pendapatan perusahaannya masih dibawah target.
Istri mengeluh suaminya kurang perhatian.
Suami berpendapat istrinya kurang pengertian.
Anak-anak menganggap orang tuanya kurang murah hati.
Semua merasa kurang dan kurang.
Kapankah Kita bisa berkata cukup?

Cukup bukanlah soal berapa jumlahnya.
Cukup adalah persoalan kepuasan hati.
Cukup hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa mensyukuri.
Tak perlu takut berkata cukup.
Mengucapkan kata cukup bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya.

"Cukup" jangan diartikan sebagai kondisi stagnasi, mandeg dan berpuas diri. Mengucapkan kata cukup membuat kita Melihat apa yang telah Kita terima, bukan apa yang belum kita dapatkan.
Jangan biarkan kerakusan manusia membuat Kita sulit berkata cukup.
Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang Ada pada diri kita hari ini, maka Kita akan menjadi manusia yang berbahagia.

Belajarlah untuk berkata "Cukup"......