Sunday, December 21, 2008

Hari Ibu

Salah seorang teman saya membuat renungan ini tentang ibunya, untuk memperingati hari ibu. Artikel yang luar biasa, dan sekarang saya bagikan kepada kalian semua.

Semenjak memiliki teman yang tanggal ulang tahunnya tepat berjarak 6 bulan dari tanggal ulang tahun saya sendiri, saya hampir selalu mengingat "ulang setengah tahun" saya. Begitu juga setiap saya berulang tahun, saya akan mengucapkan "selamat ulang setengah tahun" kepada teman saya itu. Contohnya tahun ini, waktu saya berulang tahun ke-29, saya mengucapkan "selamat ulang setengah tahun" ke-30,5 kepada teman saya itu. Hahaha...itu sebuah kebiasaan unik & menyenangkan yang saya lakukan semenjak usia 23 tahun. Dan saya suka melakukan hal-hal yang menyenangkan diri saya sendiri di "hari ulang setengah tahun" saya. Bisa dengan makan di restoran yang saya suka, sendirian atau bersama teman yang tidak sadar saya sedang merayakan sesuatu (karena saya selalu ingin hal ini jadi kenikmatan pribadi,hahaha..). Atau sekedar makan chocolate bar yang biasanya saya hindari.

Bulan ini, saat saya tepat berusia 29,5 tahun...di hari itu saya baru menyadari bahwa jarak usia saya dengan Mama saya adalah 29 tahun 6 bulan 3 hari. Beberapa hari sebelumnya, saya mengarahkan mata saya tepat ke wajah Mama sambil mendengarkan cerita beliau ketika kami berdua menunggu bakmi yang kami pesan di kedai bakmi Alok. Saya memang terkadang menyempatkan diri "dating" berdua baik dengan Mama atau pun Papa untuk mendengarkan mereka. Hanya mendengar...tidak banyak berbicara. Saat itu saya menyusuri wajah Mama, sebenarnya saya mencoba mencari apakah ada perbedaan sebelum dan sesudah Mama mengkonsumsi suplemen yang saya belikan selama 2 bulan terakhir. Dan...yang saya temukan bukan perbedaan "before-after" melainkan sebuah kesadaran..., "Wow...wanita ini...yang dulu sedemikian kuat di mata saya...sekarang sudah sedemikian tua.".

Ketika saya sedang merenung di "hari ulang setengah tahun" saya yang ke-29,5 saya teringat wajah Mama & pengalaman selama beberapa detik di kedai bakmi Alok beberapa hari sebelumnya.

Wanita ini yang dulu melahirkan saya. Wanita-wanita yang melahirkan bayinya dengan persalinan normal menurut saya hebat. Tapi, menurut saya, Mama melebihi kebanyakan wanita saat melahirkan saya karena saya terlahir dengan posisi sungsang. Semestinya bayi terlahir dengan posisi kepala duluan sehingga setelah kepala berhasil keluar, badan bayi dengan mudah dapat ditarik keluar. Saya terlahir dengan posisi sungsang, bukan kaki saya duluan yang keluar melainkan posisi bokong saya yang berada di bawah. Itu berarti saya keluar dengan posisi terlipat dua dan ketebalan badan saya dua kali lipat dari ukuran semestinya. Percayakah semua itu terjadi lewat proses persalinan normal yang hanya dibantu seorang dukun beranak atau bidan tradisional supaya terdengar sedikit keren, hahaha.... Saat itu Papa bekerja di camp penebangan kayu di tengah hutan Kalimantan. Tidak ada dokter karena dokter perusahaan yang semestinya ada sedang dilarikan akibat sebuah kasus malpraktek.

Wanita ini juga yang dengan tabahnya menggendong saya kesana kemari mencari pengobatan setelah salah satu kaki saya terlindas mobil jemputan sekolah sampai tidak bisa jalan. Papa tidak ada karena bekerja di luar pulau. Berat badan saya saat itu sudah 30kg. Saya masih ingat rasanya digendong dengan kain jarik panjang. Dia tidak menyuruh pembantu ataupun orang lain yang menggendong saya. Mama memilih dirinya sendiri yang menggendong saya.

Wanita ini juga yang menemani saya makan di meja makan sambil mendengarkan cerita saya sepulang sekolah. Wanita ini yang memukul saya ketika saya berbohong atau saat dia menemukan hasil ulangan matematika dengan nilai 3,5 lalu menyuruh saya mengerjakan semua soal di buku matematika kelas VI SD selama 1 minggu yang semestinya merupakan bahan pelajaran selama 1 tahun. Wanita ini yang mengajak saya nonton bioskop 2 hari sebelum ujian nasional SMP dengan alasan supaya bisa refreshing.

Wanita ini yang memerintahkan, memohon sekaligus memperjuangkan supaya saya tidak meninggalkan kuliah kedokteran gigi disaat saya hampir menyerah kepada kondisi keuangan yang sulit. Wanita yang sama juga yang duduk di samping saya setelah upacara pengambilan sumpah dokter dan berkata..., "Ingat, jangan sombong...keberhasilan kamu adalah berkat doa banyak orang. Harus melayani Tuhan dan masyarakat.".
Wanita yang dulu di mata saya sedemikian kuat. Yang pernah saya setengah hujat karena ke-diktaktor-annya namun juga saya cinta setengah mati.

Ketika beranjak dewasa, banyak hal yang tidak dapat saya ceritakan kepada Mama tapi ketika saya penat & tertekan kadang saya hanya pulang, duduk atau berbaring di samping Mama tanpa bicara. Dan seperti ada 'pain killer' yang disuntikkan ke hati maupun pikiran saya yang kalut
.
Sekarang...Wanita yang sama, terkadang mengirimkan SMS, "Boleh Mama datang ke tempat Esti? Mama pengen ngobrol.". Wanita yang dulu setia mendengarkan saya, sekarang butuh didengar... Dan saya mendengar...bukan obrolan tentang rencana perawatan seperti yang sering saya diskusikan dengan teman-teman sejawat...bukan tentang harga dollar yang naik turun...bukan tentang rencana ekspansi bisnis atau cara dapat uang tambahan.

Saya mendengar...tentang kakinya yang sakit lalu sembuh...tentang halaman rumah yang semestinya dibersihkan tapi belum sempat...tentang cumi panggang yang gagal diolah dengan baik...tentang sulitnya menghadapi Papa yang menurut beliau sudah tua (hanya beda 1 tahun dari Mama,hahaha...)...tentang pergi dengan para ibu-ibu lainnya...tentang keinginannya untuk gunting rambut tapi belum sempat...tentang menu makanan untuk Natal dan kue yang ingin dia beli...dan tentang banyak hal "kecil" lain yang mungkin akan saya abaikan seandainya orang lain yang bercerita.
Wajah Mama akan berbinar-binar bahkan setelah hanya sekedar ngobrol atau saya temani belanja di hypermarket. Wanita ini, yang tidak akan segan-segan saya peluk dan cium tangannya di tengah kerumunan orang banyak atau di ruang tunggu praktek saya yang dipenuhi pasien sekalipun.

Wanita ini...yang dengan kelebihan maupun kelemahannya, keberhasilan maupun kesalahannya...bukti hidup dari kasih Bapa Surgawi.. Yang memberikan bukti bahwa pernah hidup seorang wanita yang layak mendengar...

Anak-anaknya bangun, dan menyebutnya berbahagia, pula suaminya memuji dia : banyak wanita telah berbuat baik, tetapi kau melebihi mereka semua.

Happy Birthday, Mama...
December 21st, 2008.

Happy Mother's day for every Mom..
December 22nd, 2008.

Kapan terakhir kali kamu, setelah menjadi manusia dewasa yang bergelar pengusaha, karyawan atau profesional muda, menatap dan mendengarkan wanita yang kamu panggil Ibu, Mama, Mami, Bunda, Mom atau apapun sebutannya di keluargamu? Spend your time with your mom because you don't understand how long she will be with you.

Cheers,

Esti - the dentist

0 comments:

Post a Comment